Terjemahan : Alfiyah ibnu Malik : Bab maushul



الْمَوْصُوْلُ


BAB ISIM MAUSHUL

BENTUK ISIM MAUSHUL MUFRAD (TUNGGAL) DAN MUTSANNA (DUAL)

مَوْصُولُ الاسْمَاءِ الَّذِي الأُنْثَى الَّتِي ¤ وَالْيَـــــا إذَا مَا ثُنِّيَــــا لاَ تُثْــــــبِتِ

Adapun Isim Mausul yaitu الَّذِي (jenis laki) dan untuk jenis perempuan yaitu الَّتِي. Jika keduanya di tatsniyahkan (dual), maka huruf Ya’nya jangan ditetapkan/dibuang…

بَلْ مَــا تَلِيْـهِ أَوْلِهِ الْعَلاَمَـــهْ ¤ وَالنُّوْنُ إنْ تُشْدَدْ فَلاَ مَلاَمَهْ

Akan tetapi, terhadap huruf yang tadinya diiringi oleh Ya’ yang dibuang tsb, sekarang iringilah! dengan (memasang) tanda Alamah I’rob (menjadi: الذان dan التان ketika mahal Rofa’. dan menjadi: الذَيْن dan التَين ketika mahal Nashab dan Jarr). adapun Nunnya jika ditasydidkan, maka tidak ada celaan untuk itu.

وَالْنّوْنُ مِنْ ذَيْنِ وَتَيْنِ شُدِّدَا ¤ أَيْضَاً وَتَعْوِيضٌ بِذَاكَ قُصِدَا

Demikian juga boleh ditasydidkan, yaitu Nunnya dari (isim isyarah dual) ذَيْنِ dan تَيْنِ. Pentasydidan tersebut, dimaksudkan sebagai Penggantian (dari huruf yg dibuang yaitu Ya’nya Isim Maushul dan Isim Isyaroh ketika dibentuk tatsniyah (dual))

BENTUK ISIM MAUSHUL JAMA’ (JAMAK)

جَمْعُ الَّذِي الألَى الَّذِيْنَ مُطْلَقَا ¤ وَبَعْضُهُمْ بِالْوَاوِ رَفْعَاً نَطَقَا

Jamaknya lafadz الَّذِي (Isim Maushul tunggal male) adalah الألَى atau الَّذِيْنَ secara muthlaq (baik untuk mahal Rofa’, Nashab dan Jarr). Ada sebagian dialek orang Arab berbicara dengan menggunakan Wau ketika mahal Rofa’ (menjadi: اَلَّذُوْنَ )

بِاللاَّتِ وَاللاَّءِ الَّتِي قَدْ جُمِعَا ¤ وَالَلاَّءِ كَالَّذِيْنَ نَزْرَاً وَقَعَا

Lafadz الَّتِي (Isim Maushul tunggal female) sungguh dijamakkan dengan menjadi اللاَّتِ atau اللاَّءِ . Ditemukan juga اللاَّءِ  dihukumi seperti الَّذِيْنَ (isim maushul jamak untuk male) tapi jarang.

BENTUK ISIM MAUSHUL MUTHLAQ (UMUM)

وَمَنْ وَمَا وَأَلْ تُسَاوِي مَا ذُكِرْ ¤ وَهكَذَا ذُو عِنْدَ طَيِّىء شُهِرْ

Adapun Isim Maushul مَنْ, مَا, dan أَلْ adalah menyamakan hukumnya dengan Isim Maushul yg telah disebut sebelunnya. (artinya: bisa digunakan untuk Male, Female, tunggal, dual, atau Jamak). Seperti itu juga hukumnya, yaitu Isim maushul berupa ذُو terkenal penggunaannya dikalangan dialek kaum Thayyi’.

BENTUK ISIM MAUSHUL QAUM THAYYI’

وَكَالَّتِي أيضـــا لَدَيْـهِمْ ذَاتُ ¤ وَمَوْضِعَ اللَّاتِي أَتَى ذَوَاتُ

Demikian juga ditemukan di kalangan kaum Thayyi’, penggunaan ذَاتُ seperti kedudukan الَّتِيْ (Isim mausul jenis female tunggal), juga penggunaan ذَوَاتُ menempati kedudukan اللآتِيْ (Isim mausul untuk  jenis female jamak).

BENTUK ISIM MAUSHUL THE (ذَا)

وَمِثْلُ مَا ذَا بَعْدَ مَا اسْتِفْهَـامِ ¤ أَوْمَنْ إذَا لَمْ تُلْغَ فِي الْكَلاَمِ

Isim Maushul ذَا statusnya sama dengan isim Maushul مَا (dipakai untuk tunggal, dual, jamak, male dan female), dengan ketentuan ذَا jatuh sesudah ما Istifham atau من Istifham, syaratnya ذَا tidak dibatalkan didalam Kalam (maksudnya: ذَا dan ما/من tsb, tidak dijadikan satu kata Istifham (kata tanya)).

BENTUK SHILAH ISIM MAUSHUL

وَكُلُّهَــا يَلْـزَمُ بَعَــدَهُ صِلَـهْ ¤ عَلَى ضَمِيْرٍ لاَئِقٍ مُشْتَمِلَهْ

Setiap Isim-Isim Maushul ditetapkan ada Shilah (jumlah/kalimat keterangan) setelahnya,  yang mencakupi atas Dhomir yang sesuai (ada Dhamir/’Aid yg  kembali kepada Isim Maushul).

وَجُمْلَةٌ أوْ شِبْهُهَا الَّذِي وُصِلْ ¤ بِهِ كَمَنْ عِنْدِي الَّذِي ابْنُهُ كُفِلْ

Shilah yang tersambung oleh Isim Maushul, biasanya terdiri dari Jumlah atau Shibhul Jumlah (serupa jumlah). seperti contoh: مَنْ عِنْدِي الَّذِي ابْنُهُ كُفِلْ

وَصــفَةٌ صَرِيْحَةٌ صِــلَةُ أَلْ ¤ وَكَوْنُهَا بِمُعْرَبِ الأَفْعَالِ قَلْ

Bentuk Sifat Sharihah (Isim Fai’l/Isim Maf’ul/Sifat Musyabbah) merupakan Shilah untuk Isim Mausul ال “AL”,  sedangkan Shilah-nya yang berupa Fi’il Mu’rob (Fi’il Mudhori’) jarang adanya.

ISIM MAUSHUL AYYUN (أَيٌّ) DAN BENTUK SHILAHNYA

أَيُّ كَمَا وَأُعْرِبَتْ مَا لَمْ تُضَفْ ¤ وَصَدْرُ وَصْلِهَا ضَمِيْرٌ انْحَذَفْ

Isim Mausul أيّ “Ayyun” dihukumi seperti Isim Maushul “Ma” (bisa untuk Mudzakkar, Muannats, Mufrod, Mutsanna juga Jama’) selagi tidak Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id yg menjadi permulaan Shilah) adalah berupa Dhamir yang terbuang.

وَبَعْضُهُمْ أَعْرَبَ مُطْلَقَاً وَفِي ¤ ذَا الْحَذْفِ أَيًّا غَيْرُ أَيٍّ يَقْتَفِي

Sebagian Ulama Nahwu menghukumi Mu’rab Isim Mausul أيّ “Ayyun” secara Muthlaq (sekalipun أيّ Mudhaf dan Shodar Shilahnya dibuang). Sedangkan didalam hal pembuangan Shadar Shilah ini, Isim Maushul yg selain  أيّ juga mengikuti jejak أيّ … dengan syarat….→

PEMBUANGAN SHADAR SHILAH (‘A-ID MARFU’)

إِنْ يُسْتَطَلْ وَصْلٌ وَإِنْ لَمْ يُسْتَطَلْ ¤ فَالْحَذْفُ نَــــزْرٌ وَأَبَــوْا أَنْ يُخْتَزَلْ

…apabila Shilahnya dipanjangkan. Dan apabila tidak dipanjangkan, maka pembuangan Shadar Shilah jarang ditemukan. Juga Mereka (Ulama Nahwu) melarang terhadap pengurangan Shilah (dari sebab pembuangan Shadarnya)…→

إنْ صَلُحَ الْبَاقِي لِوَصْلٍ مُكْمِلِ ¤ وَالْحَذْفُ عِنْدَهُمْ كَثِيْـرٌ مُنْجَلِي

…apabila sisa Shilah itu (setelah pembuangan Shodarnya) masih cocok menjadi Shilah yang sempuna (berakibat menjadi Shilah dg lain pengertian dari asal sebelum dibuang). Adapun pembuangan ‘A-id Shilah oleh mereka (Ulama Nahwu/orang Arab), banyak digunakan dan jelas … →

PEMBUANGAN ‘A-ID MANSHUB

فِي عَــــائِدٍ مُتَّصِــلٍ إِنِ انْــتَصَبْ ¤ بِفِعْلٍ أوْ وَصْفٍ كَمَنْ نَرْجُو يَهَبْ

…didalam ‘A-id yang Muttashil (Aid Shilah Maushul yang berupa Dhomir Muttashi Manshub) bilamana dinashabkan oleh Fi’il atau Sifat. Seperti contoh مَنْ نَرْجُو يَهَبْ. (takdirannya: مَنْ نَرْجُوهُ يَهَبْ)

PEMBUANGAN ‘A-ID MAJRUR

كَذَاكَ حَذْفُ مَا بِوَصْفٍ خُفِضَا ¤ كَأَنْتَ قَاضٍ بَعْدَ أَمْـرٍ مِنْ قَضَى

Seperti itu juga (banyak digunakan dan jelas) yaitu pembuangan ‘Aid yang dikhofadkan/dijarkan oleh kata sifat. Seperti lafadz أَنْتَ قَاضٍ (takdirannya: أَنْتَ قَاضِيْه ) setelah Fi’il Amarnya lafadz قَضَى (dari Firman Allah QS 20:72. فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ )

كَذَا الَّذِي جُرَّ بِمَا الْمَوْصُوْلَ جَرْ ¤ كَمُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ فَهْــوَ بــَــرْ

Demikian juga (sering membuang Aid pada Shilah Maushul) yaitu Aid yang dijarkan oleh Huruf yg menjarkan Isim Maushulnya (dg Amil yg seragam). Sebagaimana contoh: مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ فَهْــوَ بــَــرْ (takdirannya: مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ بِهِ)

Share: